Ibnu Sina - Peletak Dasar Ilmu Kedokteran
Ibnu Sina - Peletak Dasar Ilmu Kedokteran. Buku berjudul Al-Qanun fii al-Thibb (Canon of Medicine) disebut-sebut sebagai buku yang menjadi patokan dalam Ilmu Kedokteran di Eropa dan Cina. Bahkan sampai sekarang, buku itu merupakan dasar dan sumber rujukan bagi Ilmu Kedokteran modern. Sebuah sumber menyebutkan bahwa di Eropa, buku tersebut menjadi rujukan utama dalam pengajaran di fakultas-fakultas kedokteran hingga abad ke-17 atau terpakai sebagai rujukan utama hampir enam abad. Sampai-sampai dikatakan, "Buku ini menjadi buku suci kedokteran paling lama dibandingkan buku kedokteran lain.
Buku tersebut memang menjadi fenomena di dunia kedokteran, tidak hanya di Arab, tapi juga di Eropa ketika mengalami masa Renaissance (pencerahan). Teks aslinya dicetak di Roma (Italia) pada tahun 1593 M. Pada 30 tahun terakhir abad ke-15, buku ini telah diterjemahkan kedalam Bahasa Latin dan Hebraw, serta mengalami cetak ulang sebanyak 15 kali. Pada tahun 1150-1187, buku ini diterjemahkan kedalam Bahasa Inggris. Menyusul kemudian Gerrard dan Cremona yang menerjemahkan buku itu kedalam beberapa bahasa seperti Spanyol, Prancis, Italia, dsb.
Salah satu halaman dari buku Al-Qanun fii al-Thibb karya Ibnu Sina
Siapakah penulis fenomenal tersebut? Penulis buku itu adalah Ibnu Sina. Di dunia Barat, ia dikenal dengan nama Avicenna. Nama lengkapnya adalah Abu Ali Al-Huseyn bin Abdullah bin Hasan Ali bin Sina. Ibnu Sina dilahirkan di Bukhara, Uzbekistan pada Agustus 980 M (sumber lain menyebutkan tahun 985 M). Ayahnya adalah seorang Gubernur di Bukhara pada masa Dinasti Samaniah, tepatnya Sultan Samanish Nuh II bin Mansyur (819 M - 1005 M).
Ibnu Sina memiliki kemampuan yang luar biasa, ia mampu menghapal Al-Quran sebanyak 30 Juz pada usia 10 tahun. Lalu diusianya yang masih sangat muda (16 tahun), Ibnu Sina sudah mampu menguasai berbagai cabang ilmu. Diantaranya adalah filsafat, hukum, logika, matematika. fisika, politik, dan tentunya ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran dikuasai Ibnu Sina hanya dalam jangka waktu satu setengah tahun tanpa bimbingan dari guru manapun. Tepat pada usia 18 tahun, Ibnu Sina sudah berpraktek sebagai Dokter.
Nama Ibnu Sina mulai dikenal luas sejak ia berhasil menyembuhkan penyakit Raja Nur bin Mansyur (Penguasa Dinasti Samaniah). Sebagai imbalannya, Raja Nuh bin Mansyur menawarkan Ibnu Sina sebagai Dokter Istana dan dijamin hidup mewah. Namun, Ibnu Sina menolak. Ia hanya meminta diperbolehkan untuk membaca buku di perpustakaan istana. Setelah melahap habis buku di perpustakaan itu, ilmu Ibnu Sina semakin berkembang. Inilah yang menjadi awal kepakaran dan keluasan ilmu Ibnu Sina.
Pendidikan formal Ibnu Sina sendiri sebenarnya ditempuh dalam waktu singkat, mula-mula ia hanya dididik oleh ayahnya sendiri. Setelah dirasa cukup umur, ia dibolehkan untuk berguru pada orang lain. Sering kali Ibnu Sina dapat menyelesaikan soal-soal yang tidak dapat diselesaikan oleh gurunya sendiri. Saat usianya enam tahun, ia telah membantu Abu Bakr Al-Khawarizmi gurunya yang sudah tua untuk menuliskan sebagian isi bukunya.
Kehidupan Ibnu Sina banyak dihabiskan untuk mengembara dan menuntut ilmu. Ia merupakan orang yang sangat haus akan ilmu. Yang menarik adalah kebanyakan ilmunya dipelajari secara otodidak, yaitu belajar sendiri tanpa didampingi oleh guru. Selain itu ia juga mengajar di sekolah kuno yang terletak di Isfahan, Iran.
Ibnu Sina adalah seorang dokter yang pertama kali memperkenalkan tentang hubungan kesehatan dengan makanan, minuman, temperatur, suhu, gerak, tidur, dan kerja. Kalau semua itu tidak seimbang, akan mengakibatkan gangguan kesehatan. "Lebih baik mencegah daripada mengobati" sudah diterapkan oleh Ibnu Sina. Dalam mengobati penyakit pun, Ibnu Sina tidak semata menggunakan aspek medis saja tetapi juga aspek spiritual yang akan membantu menyembuhkan penyakit seseorang. Ibnu Sina memperkenalkan metode sterilisasi dengan menyembuhkan luka (disinfection) dan perintis penanganan penyakit saraf (neurasthenia).
Setidaknya ada tiga julukan yang diberikan kepada Ibnu Sina, yaitu "Guru para Raja", "Pangeran para Dokter", dan "Raja Obat". Ia juga menulis buku tentang psikologi, pertanian, retorika, dan syair yang diberi judul Asy-Syifa. Semuanya ada 18 jilid. Dalam bahasa Latin disebut Sanatio atau Sufficients. Naskah aslinya masih tersimpan di Perpustakaan Oxford University, London, Inggris.
Ibnu Sina wafat pada usia 58 tahun saat dalam perjalanan dengan pemimpin Isfahan. Ia dimakamkan di Hamdhan, Iran. Ada kurang lebih 267 karya tulis yang dihasilkannya. Dalam perayaan 1000 tahun kematiannya di Teheran, Iran, ia dinobatkan sebagai Fathers of Doctor (Bapak Para Dokter). Ibnu Sina adalah seorang ilmuwan yang akan terus dikenang sepanjang masa.